Pages

Friday, September 25, 2015

Kilas Balik G30S/PKI

LATAR BELAKANG
Partai Komunis Indonesia mengalami kemunduran setelah mengalamai kegagalam dalam pemberotakan di Kota Madiun. Akan tetap, setelah D.N Aidit menjadi ketua PKI pada tahun 1951, PKI bangkit kembali dan berkembang pesat. Pada masa Demokrasi Terpimpin, PKI semakain bertambah kuat dengan adanya gagasan NASAKOM dari presiden Seokarno. Pimpinan PKI kemudian mengubah dan menyempurnakan taktik dan strategi organisasinya. Strategi penyusupan bukan hanya ke badan partai-partai organisasi, tetapi juga angkatan bersenjata. Upaya-upaya ini bahkan menjadikan PKI sebagai salah satu partai pemenang Pemilu 1955. PKI menuntut dibentuknya angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai. Dalam rangka membina kader-kader PKI dalam angkatan bersenjata, pada 1964 dibentuk Biro Khusus dipimpin Syam Kamaruzaman untuk merancang dan mempersiapkan perebutan kekuasaan dengan cara infiltrasi ke dalam tubuh ABRI, organisasi politik dan organisasi massa. Kemudian biro ini melakukan pembinaan terhadap perwira-perwira ABRI diantaranya adalah Brigjen Supardjo dan Letkol Untung dari TNI AD, Kolonel Sunardi dari TNI AL dan Letkol Anwas dari Kepolisian. PKI menyadari bahhwa hambatan untuk mencapai tujuannya adalah TNI AD.
Pada bulan Agustus 1965, muncul isu bahwa Presiden Soekarno sakit keras. PKI memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan perebutan kekuasaan. Namun, para pemimpin PKI kala itu cukup resah dengan adanya isu tentang resolusi Dewan Jendral yang diduga akan melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno. Mereka khawatir jika para jendral berhasil, maka posisi mereka akan terancam. maka PKI harus secepatnya menumpas Dewan Jendral sebelum Dewan Jendral menggulingkan Soekarno. Padahal, menurut Panglima Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani kelompok ini hanya berfungsi sebagai penasihat bagian kenaikan pangkat dan jabatan dalam Angkatan Darat. Maka direncanakanlah sebuah aksi untuk menumpas Dewan Jendral. Akhirnya para pemimpin PKI sepakat tanggal yang tepat untuk melakukan aksi adalah pada tanggal 30 September.

KRONOLOGI PERISTIWA
PKI merencanakan dan menyusun gerakan ini pada 30 September. Kemudian, gerakan yang dipimpin oleh Letkol Untung Samsuri didahului dengan mengadakan penculikan dan pembunuhan pada tanggal 1 Oktober 1965 waktu dini hari. Enam orang perwira tinggi dan segenap perwira pertama Angkatan Darat diculik ditempat kediamannya masing-masing. Kemudian dibunuh oleh anggota-anggota Pemuda Rakyat, Gerwani dan lain-lain ormas PKI yang telah menunggu di Lubang Buaya, sebuah desa yang terletak di sebelah selatan Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Halim Perdana Kusumah, Jakarta. Bersama-sama dengan para korban lainnya yang telah dibunuh ditempat kediaman mereka, jenasah dimasukkan ke dalam sebuah lubang sumur tua di desa tersebut. Yang menjadi korban G.30.S/PKI ialah :
1. Letnan Jenderal Ahmad Yani
2. Mayor Jenderal R. Soeprapto
3. Mayor Jenderal Harjono Mas Tridarmo
4. Mayor Jenderal Suwondo Parman
5. Brigadir Jenderal Donald Izacus Pandjaitan
6. Brigadir Jenderal Soetojo Siswomiharjo
7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean
8. Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun
9. Ade Irma Suryani
Ketika terjadinya penculikan itu, Jenderal A.H. Nasution yang juga menjadi target penculikan berhasil menyelamatkan diri setelah kakinya tertembak. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani menjadi korban sasaran tembak dan kaum penculik dan kemudian gugur. Ajudan Jenderal A.H. Nasütion yang bernama Letnan Satu Pierre Andreas Tendean juga menjadi korban. Sedangkan korban lainnya adalah Pembantu Letnan Polisi Karel Satsuit Tubun. ia gugur pada saat gerombolan yang berusaha menculik Jenderal A.H. Nasution. 

PENUMPASAN
Mayor Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) mengambil alih komando AD karena belum ada kepastian mengenai keadaan Jenderal Ahmad Yani yang menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat. Langkah pertama yang diambil adalah merebut studio RRI Pusat dan Kantor PN Telekomunikasi. Pada pukul 17.20 pasukan RPKAD dibawah pimpinan Kolonel Inf. Sarwo Edhie Wibowo berhasil menguassai objek vital tersebut.
Selanjunya Mayor Jenderal Soeharto melauli RRI mengeluarkan pengumuman yang menyatakan:
  1. Gerakan 30 September adalah suatu pemberontakan
  2. Enam perwira AD telah diculik
  3. Presiden Seokarno dalam keadaan aman
  4. Rakyat tetap diminta tenang dan waspada.
Pada tanggal 2 Oktober 1965, Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma berhasil dikuasai. Atas petunjuk dari Ajudan Brigadir Polisi Sukitman pada tanggal 3 Oktober ditemukan tempat penguburan para periwara AD yang dibunuh. Semua korban kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata kemudian dianugerahi Pahlawan Revolusi. Tanggal 1 Oktober diperingati sebagai hari kesaktian Pancasila.
Operasi pembersihan terus dilakukan, seorang demi seorang tokoh PKI berhasil ditangkap. Kolonel Latif dan Kolonel Untung berhasil ditangkap, sedangkan D.N Aidit tertembak mati pada tanggal 24 November 1965 di Surakarta. Pada akhirnya pemberontakan PKI berhasil dipadamkan atas kerjasama antara tentara AD dengan masyarakat.

DAMPAK
Peristiwa G30S/PKI membawa dampak bagi kondisi sosial-politik dan ekonomi Indonesia. Pada dasarnya, peristiwa ini menyebabkan ketidakstabilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Dampaknya adalah :
a.    Sikap pemerintah yang belum dapat mengambil keputusan untuk membubarkan PKI sehingga menimbulkan kemarahan rakyat.
b.    Inflasi yang tinggi yang diikuti oleh kenaikan harga barang, bahkan melebihi 600 persen setahun. Rakyat pun menjadi sangat menderita dan kesusahan. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah mengeluarkan dua kebijakan ekonomi yaitu : Mengadakan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah baru yaitu Rp. 1000 menjadi Rp.100 serta menaikkan harga bahan bakar menjadi empat kali lipat tetapi kebijakan ini menyebabkan kenaikan harga barang yang sulit untuk dikendalikan
c.    Maraknya aksi manuver dan tuntutan dari berbagai elemen yang berpuncak pada aksi demonstrasi secara besar-besaran pada 10 Januari 1966 yang dilakukan rakyat beserta mahasiswa yang tergabung dalam KAMI, KAPPI, dan KAPI menuntut pembubaran terhadap PKI beserta ormas-ormasnya. Tuntutan mereka dikenal dengan istilah Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat yaitu:
1.    Bubarkan PKI
2.    Pembersihan kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI
3.    Turunkan harga barang dan perbaikan ekonomi
d.    Pemerintah mengadakan reshuffle (pembaharuan) terhadap Kabinet Dwikora menjadi Kabinet Dwikora yang disempurnakan dengan ditunjuknya kabinet yang anggotanya seratus menteri sehingga dikenal dengan Kabinet Seratus Menteri. Akan tetapi, pembentukan kabinet tersebut ditentang oleh KAMI dan rakyat banyak sebab dalam kabinet tersebut masih dijumpai menteri-menteri yang pro-PKI sehingga mereka melakukan aksi ke jalan pada 24 Februari 1966 dengan mengempeskan ban-ban mobil para calon menteri yang akan dilantik.  Aksi tersebut menewaskan seorang mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim. Kematian Arif Rahman Hakim tersebut memengaruhi munculnya aksi demonstrasi yang lebih besar yang dilakukan mahasiswa dan para pemuda Indonesia di Jakarta maupun di daerah-daerah lainnya.
e.    Pada tanggal 25 Februari 1966, Presiden Soekarno membubarkan KAMI sebab dianggap telah menjadi pemicu munculnya aksi demonstrasi.
f.     Padatanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang isinya Presiden Soekarno memberi perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap penting dan perlu agar terjamin keamanan dan ketertiban, jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden. Soeharto memutuskan untuk membubarkan PKI.

KESIMPULAN
           Gerakan 30 September mungkin lebih cocok bernama G30S (tanpa PKI). Karena, menurut beberapa sumber, yang menjadi dalang di balik peristiwa ini bukan hanya PKI, walaupun banyak sumber dan buku yang menjadi dalang utama peristiwa ini adalah PKI. Sebut saja Soeharto, yang diduga juga terlibat dalam gerakan ini. Dalam sumber yang saya baca diungkap bahwa  sebagai perwira tinggi dengan fungsi pemandu di bawah Pangab Jendral A. Yani, Soeharto tidak termasuk sasaran G30S/PKI. Ini bisa dipertanyakan, mengingat strategisnya posisi Kostrad apabila Negara dalam keadaan  bahaya. Kalau betul Soeharto tidak terlibat dalam gerakan itu, kemungkinan besar ia termasuk dalam daftar korban yang dihabisi di malam tersebut. Kemudian juga ada dugaan bahwa Soeharto sudah mengetahui akan terjadi gerakan 30 September yang dilakukan PKI.
Hal ini dibuktikan, mengapa begitu cepat dia mengambil keputusan dan mengumumkan ke seluruh rakyat Indonesia melalui RRI, bahwa telah terjadi peristiwa penculikan oleh gerakan kontra Revolusioner yang menamakan dirinya G30S padahal, alat komunikasi pada saat itu belum secanggih sekarang. Ada pula dugaan keterlibatan CIA yang membantu Angkatan Darat dalam pendanaan untuk melawan para komunis, dan ada pula dugaan keterlibatan Soekarno.
          Dari simpang-siur dan belum jelasnya dugaan-dugaan keterlibatan pihak lain selain PKI dalam G30S/PKI ini membuat saya dan mungkin orang Indonesia masih meraba-raba siapa sebenarnya dalang dibalik peristiwa ini. Jadi, tidak ada dugaan yang salah maupun yang benar. Setiap orang akan melihat dari sudut pandangnya masing-masing.

Sumber-sumber :
Buku Sejarah kelas XI penerbit ESIS





2 komentar:

dailyfestories.blogspot.com said...

hallow, I got you here.. please follow me back deshavy@blogspot.com :)))

Unknown said...
This comment has been removed by a blog administrator.

Post a Comment